siang dan malam,
panas dan dingin,
atas dan bawah,
kanan dan kiri,
semua berpasangan dalam bingkai keharmonisan untuk saling mendamaikan.
semoga keharmonisan dan kedamaian diatas pun melekat didalam keseharian Qt berdua.
kepada tuhan, kupanjatkan sejuta syukur karena telah mengenalkan engkau.
Sabtu, 06 Oktober 2012
2. Contoh Studi Kasus di SD
STUDI
KASUS
Nama : Agustam
Nama Panggilan : Agus
TTL : Makassar, 22 Mei
2001
Kelas : V A
Alamat Rumah : Jalan Sultan Abdullah 3/4 Nomor
110 Tallo Kota Makassar
Nama Sekolah : SD Inpres Tallo Tua I Kecamatan
Tallo Kota Makassar
Alamat Sekolah : Jalan Sultan Abdullah Makassar
Nama Guru : Isman, S. Pd
Kepala Sekolah : Saiye Ali, S. Pd
Diagnosa Awal : Pemurung, Pemalu
Identitas Orang Tua
ü Ayah : Yakub Aswan (Daeng
Yakub)
TTL : Makassar, 23 Mei
1982
Riwayat
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Wiraswasta
ü Ibu : Sulijah (Daeng
Liang)
TTL :
Makassar, 20 Januari 1983
Riwayat Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agustam lahir pada tanggal 22 Mei
2001, dan biasa dipanggil dengan nama panggilan Agus. Agus sekarang duduk
dikelas V A di SD Inpres Tallo Tua Kecamatan Tallo Kota Makassar. Di lingkungan
keluarganya, Ayah dan Ibu Agus banyak menghabiskan waktunya di tempat kerjanya (Pasar Tinumbu) dan saking sibuknya
sehingga kurang memperhatikan anaknya. Dimana aktivitas orang tua Agus menghabiskan
sekitar 12 Jam sehari semalam sehingga berimbas pada pola asuh anaknya. Dimana
didalam kesehariannya, Agus pada saat
selesai sekolah langsung pulang kerumahnya dan tidak terbiasa keluar bermain
dengan teman-teman sebayanya karena dilarang orang tuanya. Hal tersebut berefek
pada perilaku pemurung dan pemalu yang tertanam didalam kepribadian Agus. Dapat
dikatakan bahwa orang tua Agus kurang memperhatikan Agus baik dalam
perkembangan fisik dan perkembangan mental Agus. Agus didianogsa oleh peneliti
mengalami kurang kasih sayang. Agus pada proses pembelajaran dikelas cenderung
mengalami keterlambatan dalam memahami mata pelajaran yang diajarkan oleh
gurunya. Hal tersebut dipengaruhi oleh kepribadian Agus yang pemurung dan
pemalu, sehingga apapun yang diajarkan oleh gurunya hanya dikerjakan sendiri di
tempat duduknya tanpa pernah bertanya sekali pun kepada teman sejawatnya
ataupun gurunya. Hasil belajar Agus pun sangat rendah dibandingkan dengan
teman-teman kelasnya. Peneliti berkesimpulan bahwa jika hasil belajar Agus
rendah maka hal yang akan terjadi kedepan, Agus akan tinggal kelas. Jika tinggal kelas, maka Agus akan tetap pemurung
dan pemalu maka dapat dipastikan akan membuat kekurangan Agus semakin akut.
Akut dalam artian akan membuat Agus putus sekolah karena malu tinggal kelas. Peneliti
melakukan diskusi dengan guru, dari hasil disikusi disimpulkan bahwa perlu penanganan
lanjut dari guru agar tidak menimbulkan efek domino. Langkah yang harus
dilakukan oleh guru adalah melakukan pendekatan emosional kepada Agus.
Pendekatan emosional ini sangat bermamfaat, dimana Agus akan terpenuhi perasaan
untuk disayangi. Terpenuhinya perasaan ingin disayangi Agus akan berefek pada
beraninya Agus untuk belajar bersosialisasi, hasil sosialiasi dengan teman
sejawatnya akan membuat Agus tidak pemurung lagi karena agus sudah mendapat
teman dan melalui temannya maka Agus akan dapat tersenyum kembali. Dalam artian
bahwa Agus akan memiliki arti penting dalam menjalani aktivitas sekolahnya. Kasih
sayang memang sangat diperlukan oleh anak yang berada pada tahap perkembangan
operasional konkret. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan guru adalah
berdikusi dengan orang tua Agus. Guru berdiskusi dengan orang tua Agus untuk
membahas solusi perilaku pemurung dan pemalu Agus. Solusi yang akan ditawarkan
guru kepada orang tua Agus adalah meluangkan waktu untuk memperhatikan dan
berinteraksi dengan Agus serta memberikan Agus kasih sayang. Didalam interaksi
antara orang tua Agus dengan Agus, disisipkan pembelajaran mengenai arti
penting kehidupan dan pentingnya berinteraksi dengan teman sejawat dan guru
Agus. Pembiasan kepada Agus agar senantiasa berinteraksi akan mengikis sedikit
demi sedikit sifat pemurung dan pemalu serta akan menanamkan kepercayaan diri
kepada agus untuk berani mencari teman, berani bertanya, dan lain-lain.
Peneliti berkesimpulan bahwa ada
hubungan antara sifat pemurung dan pemalu dengan rendahnya hasil belajar murid.
Hal tersebut diakibatkan tidak berjalannya komunikasi dua arah dalam proses
pembelajaran, dimana didalam proses pembelajaran diwajibkan terjalin komunikasi
antara murid dengan murid, serta terjalin komunikasi antara murid dengan guru
(sumber belajar). Dimana sifat pemurung dan pemalu diakibatkan oleh pola asuh
yang diterapkan oleh orang tua murid. Dimana orang tua terkadang karena
kesibukan maka kurang mendidik, mengasuh, memberikan kasih sayang kepada
anaknya. Sehingga anak pun tumbuh dengan sikap individualnya, yang peneliti
dapatkan pada penelitian ini adalah sifat pemurung dan pemalu. Saran peneliti
kepada guru, guru harus mengembangkan sikap dan menjalankan fungsi
profesionalismenya. Kepala sekolah disarankan untuk senantiasa melaksanakan
pertemuan dengan komite sekolah membahas perkembangan murid disekolahnya. Orang
tua murid, disarankan agar memperhatikan perkembangan fisik dan perkembangan
mental anaknya.
Karya Tulis Ilmiah "Organisasi Sekolah".
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan adalah
mengembangkan potensi manusiawi yang dimiliki anak-anak agar mampu menjalankan
tugas-tugas kehidupan sebagai manuasia, baik secara individual maupun sebagai anggota
masyarakat. Kegiatan untuk mengembangkan potensi itu harus dilakukan secara
berencana, terarah dan sistematik guna mencapai tujuan tertentu.
Pengorganisasian
suatu sekolah tergantung pada beberapa aspek antara lain: jenis, tingkat dan
sifat sekolah yang bersangkutan. Susunan organisasi sekolah tertuang dalam
Keputusan Menteri Pendidikan dan kebudayaan tentang susunan organisasi dan tata
kerja jenis sekolah tersebut (Depdikbud, 1983:2).
Dalam struktur organisasi terlihat hubungan dan mekanisme
kerja antara kepala sekolah, guru, murid dan pegawai tata usaha sekolah serta
pihak lain di luar sekolah. Kepala
sekolah sebagai pengelola sekolah mempunyai peranan yang sangat strategis dalam
upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah dan diharapkan mampu meningkatkan iklim sekolah yang
kondusif bagi
terlaksanannya proses belajar mengajar yang efektif, serta
mengaktuaklisasikan sumber daya yang ada di sekolah
seoptimal mungkin dalam menunjang proses belajar mengajar. Setiap kepala sekolah harus menguasai
kemampuan manajemen
pendidikan yang efektif.
Sebagai seorang manajer,
kepala sekolah perlu melakukan pendekatan terhadap strategi global sebagai
suatu tuntutan untuk dapat mengelolah organisasi sekolah secara berhasil. Menurut
Swastikalia (2012:3) organisasi sekolah adalah
Sistem yang
bergerak dan berperan dalam merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai
mahluk sosial agar mampu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan begitu
disana kita bisa belajar bagaimana cara menyikapi diri kita ketika berhadapan
dengan suatu masalah sehingga kita bisa menyelesaikannya.
Memimpin organisasi
sekolah yang produktif berarti mengetahui dan memahami perilaku individu di
dalam organisasi sekolah tempat kerja para guru dan seluruh staf yang terlibat,
dan menjadikannya sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan organisasi sekolah.
Organisasi sekolah terdiri dari Kepala Sekolah, Komite
Sekolah, Bendahara Sekolah, Kepala Tata Usaha, Guru Kelas, Guru Mata Pelajaran,
Penjaga Sekolah, Siswa, dan Masyarakat. Didalam organisasi sekolah, peranan utama kepala sekolah sebagai pemimpin organisasi
(Organizational Leader) yang dimana wajib mengerahkan seluruh staf sekolah untuk bekerja sama
sebagai tim dalam rangka melaksanakan program pertumbuhan dan peningkatan bagi
seluruh siswa agar dapat berhasil secara akademik. Sehubungan dengan itu, tantangan utama kepala
sekolah sebagai pemimpin organisasi adalah bagaimana dia dapat memadukan antara
kepentingan organisasi sekolah dan berbagai potensi, minat dan bakat para
anggotanya sebagai asset demi kemajuan sekolah.
Berdasarkan observasi yang telah dilaksanakan oleh
kelompok 1 di SD Inpres Tallo Tua I Kecamatan Tallo Kota Makassar, ditemukan
fakta bahwa ternyata sekolah ini telah merumuskan dan membentuk organisasi
sekolah. Organisasi ini dalam perumusannya melibatkan unsur pengawas sekolah,
sekolah, dan masyarakat. Organisasi sekolah yang telah di sahkan ini secara
struktur memang terlihat sempurna tetapi didalam wilayah kerja organisasi tidak
berjalan ideal. Hal tersebut terjadi karena ketidak pahaman akan fungsi dan
mekanisme kerja organisasi. Komite sekolah yang diharapkan dapat membantu
sekolah dalam merumuskan beberapa hal yang sangat urgen tetapi tidak mampu
bekerja secara optimal. Hal yang mendasari asumsi diatas karena komite sekolah
tidak mampu menjabarkan secara terperinci potensi sumber daya alam sekitar
sekolah dan tidak mampu merumuskan kriteria ketuntasan mengajar di kelas dan
kriterian ketuntasn mengajar sekolah.
Berangkat dari kenyataan diatas, maka kelompok I tertarik
untuk merumuskan dan menuliskan karya tulis ilmiah yang berjudul “Organisasi
Sekolah”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah “Apakah yang dimaksud dengan Organisasi Sekolah?”.
C.
Tujuan
Karya tulis ilmiah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Administrasi dan Supervisi
Pendidikan. Karya tulis ilmiah bertujuan mendeksripsikan Organisasi Sekolah.
D.
Mamfaat
Mamfaat yang diharapkan
dalam karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1. Mamfaat
Teoritis
a.
Memperkaya kajian ilmu pendidikan
b. Menambah
wawasan, pengalaman kelompok I, khususnya dalam pendiskusian, perumusan, dan
penulisan karya tulis ilmiah ini untuk memenuhi salah syarat untuk lulus pada
mata kuliah administrasi dan supervisi pendidikan pada program studi pendidikan
guru sekolah dasar (Prodi PGSD) di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Makassar (FIP UNM).
c. Bagi
Kelompok I dan Kelas A. 61, Menjadi bahan referensi dan informasi di dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan calon guru, kepala sekolah, dan guru.
2. Mamfaat
Praktis
a. Memperbaiki
kualitas sekolah dasar dengan efisiensi dan efektivitas organisasi sekolah.
b. Bagi
Guru, diharapkan menjadi informasi dan referensi yang berharga dalam usaha mengembangkan
dan mengelolah organisasi sekolah sehingga dapat meningkat kinerja kompetensi
dan profesionalismenya.
c. Bagi
Sekolah, diharapkan menjadi informasi dan referensi yang berharga dalam usaha
mengembangkan dan meningkatkan kualitas sekolah melalui organisasi sekolah.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
organisasi sekolah
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur
atau susunan yakni dalam penyusunan penempatan orang-orang dalam suatu kelompok
kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam
kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Menurut Suara
Komunitas (2010:1) organisasi adalah kesatuan (entity)
sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif
dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar keterikatan yang relatif terus
menerus untuk mencapai tujuan atau sekelompok tujuan. Selanjutnya menurut
Suyantoro (2007:1) organisasi adalah “suatu pengaturan orang-orang yang sengaja
untuk mencapai tujuan tertentu”. Berdasarkan pengertian 2 ahli diatas mengenai
organisasi, maka dapat dismpulkan bahwa organisasi adalah “berkumpulnya
beberapa orang didalam suatu wadah karena kesamaan cara pandang, visi misi demi
untuk mencapai suatu tujuan bersama”.
Dalam penyelenggaraan pendidikan lembaga pendidikan tidak
dapat lepas dari organisasi sekolah. Menurut Swastikalia (2012:2) organisasi sekolah
adalah “sistem yang bergerak dan berperan dalam merumuskan tujuan pendewasaan
manusia sebagai mahluk sosial agar mampu berinteraksi dengan lingkungan”.
Dengan begitu disana kita bisa belajar bagaimana cara menyikapi diri kita
ketika berhadapan dengan suatu masalah sehingga kita bisa menyelesaikannya.
Proses pendewasaan manusia bertujuan untuk dapat menyikapi masalah kita dengan
baik dan kita juga mampu berinteraksi sebagai mana peran kita didalam suatu
lingkungan.
Dari pendapat ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
organisasi adalah “sebuah bentuk atau sistem yang sangat kompleks karena terdiri
dari beberap kelompok manusia yang berkerjasama untuk mencapai tujuan bersama”.
Sekolah dikatakan sebagai sebuah organisasi karena sekolah didirikan untuk
mencapai tujuan bersama khususnya di bidang pendidikan.
B. Bentuk-Bentuk Organisasi Sekolah
Setiap unit kerja pastinya dipimpin oleh seorang kepala/pimpinan
yang menduduki posisi menurut tingkat unit kerjanya di dalam keseluruhan
organisasi. Posisi, tanggung jawab dan wewenang di dalam suatu kelompok formal
terikat pada struktur dan dibatasi oleh peraturan-peraturan yang mendasari
pembentukan organisasi kerja tersebut. Hubungan kerja yang didasari wewenang
dan tanggung jawab, baik secara vertikal maupun horizontal dan diagonal akan
menunjukan pola tertentu sebagai mekanisme kerja. Dengan kata lain pembagian
tugas, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab serta arus perwujudan tugas, akan
menggambarkan tipe atau bentuk organisasi kerja.
Menurut Swastikalia (2012:2) tipe-tipe organisasi itu
antara lain “Organisasi Lini (Line
Organization), Organisasi Staf (Staff
Organization), Bentuk Gabungan (Line
and Staff Organization), Organisasi Fungsional (Fungsional Organization)”.
C. Stuktur
Organisasi Sekolah
1. Pengertian
struktur organisasi sekolah
Menurut Swastikalia (2012:4) struktur organisasi sekolah
adalah “struktur yang mendasari keputusan para pembina atau pendiri sekolah
untuk mengawali suatu proses perencanaan sekolah yang strategis”. Dari pendapat
ahli sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa organisasi sekolah juga dapat
dikatakan sebagai seperangkat hukum yang mengatur formasi dan
administrasi atau tata laksana organisasi-organisasi sekolah di Indonesia.
2. Macam-macam
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi pendidikan yang pokok ada dua macam
yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Di antara kedua struktur tersebut
terdapat beberapa struktur campuran yakni yang lebih cenderung ke arah
sentralisasi mutlak dan yang lebih mendekati disentralisasi tetapi beberapa
bagian masih diselenggarakan secara sentral. Pada umumnya, struktur campuran
inilah yang berlaku dikebanyakan negara dalam menyelenggarakan pendidikan dan
pengajaran bagi bangsanya.
a.
Struktur Sentralisasi
Di negara-negara yang organisasi pendidikannya dijalankan
secara sentral, yakni yang kekuasaan dan tanggung jawabnya dipusatkan pada
suatu badan di pusat pemerintahan maka pemerintah daerah kurang sekali atau
sama sekali tidak mengambil bagian dalam administrasi apapun. Segala sesuatu
yang mengenai urusan-urusan pendidikan, dari menentukan kebijakan (poliey) dan perencanaan, penentuan
struktur dan syarat-syarat personel, urusan kepegawaian, sampai kepada
penyelenggaraan bangunan-bangunan sekolah, penentuan kurikulum, alat-alat
pelajaran, soal-soal dan penyelenggaraan ujian-ujian, dan sebagainya. Semuanya
ditentukan dan ditetapkan oleh dan dari pusat. Bawahan dan sekolah-sekolah
hanya merupakan pelaksana-pelaksana pasif dan tradisional semata-mata. Sesuai
dengan sistem sentralisasi dalam organisasi pendidikan ini, kepala sekolah dan
guru-guru dalam kekuasaan dan tanggung jawabnya, serta dalam prosedur-prosedur
pelaksanaan tugasnya sangat dibatasi oleh peraturan-peraturan dan
instruksi-instruksi dari pusat yang diterimanya melalui kirarkhi atasannya.
Dalam sistem sentralisasi semacam ini, ciri-ciri pokok yang sangat menonjol adalah keharusan adanya uniformitas (keseragaman) yang sempurna bagi seluruh daerah di lingkungan negara itu. Keseragaman itu meliputi hampir semua kegiatan pendidikan, teutama di sekolah-sekolah yang setingkat dan sejenis.
Dalam sistem sentralisasi semacam ini, ciri-ciri pokok yang sangat menonjol adalah keharusan adanya uniformitas (keseragaman) yang sempurna bagi seluruh daerah di lingkungan negara itu. Keseragaman itu meliputi hampir semua kegiatan pendidikan, teutama di sekolah-sekolah yang setingkat dan sejenis.
Menurut Swastikalia (2012:4) keburukan/keberatan yang
prinsipil jika struktur sentralisasi diterapkan yaitu “Administrasi yang
demikian cenderung kepada sifat-sifat otoriter dan birokratis, Organisasi dan
administrasi berjalan sangat kaku karena terlalu banyak kekuasaan dan
pengawasan sentral”.
b.
Struktur Desentralisasi
Negara yang organisasi pendidikannya di-desentralisasikan,
pendidikan bukan urusan pemerintah pusat melainkan menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah dan rakyat setempat. Penyelenggaraan dan pengawasan
sekolah-sekolah pun berada sepenuhnya dalam tangan penguasa daerah.
Pemerintah daerah membagi-bagikan lagi kekuasaannya
kepada daerah yang lebih kecil lagi, seperti kabupaten/kota, distrik, kecamatan
dan seterusnya dalam penyelengaraan dan pembangunan sekolah, sesuai dengan
kemampuan, kondisi-kondisi, dan kebutuhan masing-masing. Tiap daerah atau
wilayah diberi otonomi yang sangat luas yang meliputi penentuan anggaran biaya,
rencana-rencana pendidikan, penentuan personel/guru, gaji guru-guru pegawai
sekolah, buku-buku pelajaran, juga tentang pembangunan, pemakaian serta
pemeliharaan gedung sekolah.
Struktur organisasi pendidikan yang dijalankan secara
desentralisasi seperti ini, kepala sekolah tidak semata-mata merupakan seorang
guru kepala, tetapi seorang pemimpin, profesional dengan tanggung jawab yang
luas dan langsung terhadap hasil-hasil yang dicapai oleh sekolahnya. Bertanggung
jawab langsung terhadap pemerintahan dan masyarakat awan dan masyarakat sekolah
serta melaksanakan control yang
langsung dari pemerintahan dan masyarakat setempat. Hal ini disebabkab karena
kepala sekolah dan guru-guru adalah petugas-petugas atau karyawan-karyawan
pendidik yang dipilih, diangkat, dan diberhentikan oleh pemerintah daerah
setempat.
Sistem desentralisasi yang ekstrim seperti ini ada
kebaikan dan keburukannya. Beberapa kebaikan yang dapat terjadi menurut Swastikalia
(2012:8) adalah:
1) Pendidikan dan pengajaran
dapat disesuaikan dengan memenuhi kebutuhan masyarakat setempat.
2) Adanya persaingan yang sehat
diantara daerah atau wilayah sehingga masing-masing berlomba-lomba untuk
menyelenggarakan sekolah dan pendidikan yang baik.
3) Kepala sekolah, guru-guru,
dan petugas-petugas pendidikan yang lain akan bekerja dengan baik dan
bersungguh-sungguh karena dibiayai dan dijamin hidupnya oleh pemerintah da
masyarakat setempat.
Beberapa keburukannya yang dapat terjadi adalah:
1) Karena otonomi yang sangat
luas, kemungkinan program pendidikan diseluruh negara akan berbeda-beda. Hal
ini akan menimbulkan perpecahan bangsa.
2) Hasil pendidikan dan
pengajaran tiap-tiap daerah atau wilayah sangat berbeda-beda, baik mutu, sifat
maupun jenisnya, sehngga menyulitkan bagi pribadi murid dalam mempraktekkan
pengetahuan atau kecakapannya dikemudian hari di dalam masyarakat yang lebih
luas.
3) Kepala sekolah, guru-guru,
dan petugas pendidikan lainnya cenderung untuk menjadi karyawan-karyawan yang
materialistis, sedangkan tugas dan kewajiban guru pada umumnya lain dari pada
karyawan-karyawan yang bukan guru.
4) Penyelenggaraan dan pembiayaan
pendidikan yang diserahkan kepada daerah atau wilayah itu mungkin akan sangat
memberatkan beban mayarakat setempat (Ngalim Purwanto, 1991:26-27).
D. Wewenang
dan Tanggung Jawab Organisasi Sekolah
Setelah mengetahui struktur sekolah seperti apa, maka
sebaiknya kita juga harus tahu apa saja wewenang dan tanggung jawab sekolah.
Sebelum itu kita lihat pengertian dari wewenang dan tanggung jawab itu sendiri.
Wewenang (Authority) merupakan
syaraf yang berfungsi sebagai penggerak dari pada kegiatan-kegiatan. Wewenang
yang bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama yang baik dengan bawahan.
Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampuan ilmu pengetahuan,
pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang berfungsi untuk menjalankan
kegiatan-kegiatan yang ada dalam organisasi. Wewenang dapat diartikan sebagai
hak untuk memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu
agar tujuan dapat tercapai. Handoko
(Swastikalia, 2012:9) membagi wewenang dalam dua sumber, yaitu “teori formal
(pandangan klasik) dan teori penerimaan”. Wewenang formal merupakan wewenang
pemberian atau pelimpahan dari orang lain. Wewenang ini berasal dari tingkat
masyarakat yang sangat tinggi dan secara hukum diturunkan dari tingkat ke
tingkat. Berdasarkan teori penerimaan (Acceptance
Theory Of Authority) wewenang timbul hanya bila hal diterima oleh kelompok
atau individu kepada siapa wewenang tersebut dijalankan dan ini tidak
tergantung pada penerima (Receiver).
Bamard (Swastikalia,
2012:10) mengatakan bahwa seseorang bersedia menerima komunikasi yang bersifat
kewenangan “jika memenuhi dan memahami komunikasi tersebut, tidak
menyimpang dari tujuan organisasi, mampu secara mental dan fisik
untuk mengikutinya”.
Menurut Swastikalia (2012:10) agar wewenang yang dimiliki
oleh seseorang dapat ditaati oleh bawahan maka diperlukan adanya:
1. Kekuasaan
(Power) yaitu kemampuan untuk
melakukan hak tersebut, dengan cara mempengaruhi individu, kelompok, keputusan.
Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi dua yaitu :
a.
Kekuasaan posisi (Position Power) yang didapat dari wewenang formal, besarnya ini
tergantung pada besarnya pendelegasian orang yang menduduki posisi tersebut.
b.
Kekuasaan pribadi (Personal Power) berasal dari para pengikut dan didasarkan pada
seberapa besar para pengikut mengagumi, respek dan merasa terikat pada
pimpinan.
2. Macam-macam
Kekuasaan, yaitu:
a. Kekuasaan
balas jasa (Reward Power) dapat berupa
uang, suaka, perkembangan karier dan sebagainya yang diberikan untuk
melaksanakan perintah atau persyaratan lainnya.
b. Kekuasaan
paksaan (Coercive Power) berasal dari
apa yang dirasakan oleh seseorang bahwa hukuman (dipecat, ditegur, dan
sebagainya) akan diterima bila tidak melakukan perintah,
c. Kekuasaan
sah (Legitimate Power) Berkembang
dari nilai-nilai intern karena seseorang tersebut telah diangkat sebagai
pemimpinnya.
d. Kekuasaan
pengendalian informasi (Control Of
Information Power) berasal dari pengetahuan yang tidak dipercaya orang
lain, ini dilakukan dengan pemberian atau penahanan informasi yang dibutuhkan.
e. Kekuasaan
panutan (Referent Power) didasarkan
atas identifikasi orang dengan pimpinan dan menjadikannya sebagai panutan.
f.
Kekuasaan ahli (Expert Power) yaitu keahlian atau ilmu pengetahuan seseorang dalam
bidangnya.
Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab (Responsibility), yaitu kewajiban untuk
melakukan sesuatu yang timbul bila seorang bawahan menerima wewenang dari
atasannya. Akuntability yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan
tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Penting untuk diperhatikan bahwa
wewenang yang diberikan harus sama dengan besarnya tanggung jawab yang akan
diberikan dan diberikan kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan
diambil. Pengaruh (Influence) yaitu
transaksi dimana seseorang dibujuk oleh orang lain untuk melaksanakan suatu
kegiatan sesuai dengan harapan orang yang mempengaruhi. Pengaruh dapat timbul
karena status jabatan, kekuasaan dan menghukum, pemilikan informasi lengkap
juga penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik.
Setelah melihat pengertian wewenang dan tanggung jawab di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa wewenang dan tanggung jawab sekolah adalah
hak dari organisasi sekolah untuk memerintah orang lain untuk melakukan sesuatu
di sertai pertanggung jawaban dari organisasi sekolah dalam mengambil keputusan
agar tujuan dapat tercapai.
Berikut ini adalah pembagian wewenang dan tanggung jawab
dalam organisasi sekolah:
1. Kepala
Sekolah: Wewenang dan Tanggung Jawabnya, antara lain :
a.
Menjaga terlaksananya dan ketercapaian
program kerja sekolah
b.
Menjabarkan, melaksanakan dan mengembangkan
Pembelajaran Kurikulum/Program
c.
Mengembangkan SDM
d.
Melakukan pengawasan dan supervisi tenaga
pendidik dan kependidikan
e.
Melakukan hubungan kerjasama dengan pihak
luar
f.
Merencanakan, mengelola dan mempertanggung
jawabkan keuangan
g.
Mengangkat dan menetapkan personal struktur
organisasi
h.
Menetapkan program kerja sekolah
i.
Mengesahkan perubahan kebijakan mutu
organisasi
j.
Melegalisasi dokumen organisasi
k.
Memutuskan mutasi siswa
l.
Mengusulkan promosi dan mutasi pendidik dan
tenaga kependidikan
m.
Menerbitkan dokumen yang dikeluarkan sekolah
n.
Memberi pembinaan warga sekolah
o.
Memberi penghargaan dan sanksi
p.
Memberi penilaian kinerja pendidik dan tenaga
kependidikan
2. Komite
Sekolah: Wewenang dan Tangung jawabnya, antara lain:
a.
Memberikan masukan terhadap kebijakan mutu
pendidikan
b.
Mengawasi kebijakan sekolah.
3. Kepala
Tata Usaha: Wewenang dan tanggung jawab tata usaha, antara lain :
a.
Menyusun dan melaksanakan program tata usaha
sekolah.
b.
Menyusun dan melaksanakan kegiatan keuangan
sekolah.
c.
Mengurus administrasi kepegawaian.
d.
Mengurus administrasi kesiswaan.
e.
Menyusun administrasi perlengkapan sekolah.
f.
Menyusun dan menyajikan data statistik
sekolah.
g.
Menyusun administrasi lainnya.
h.
Melaporkan semua tugas dan tanggung jawabnya
kepada kepala sekolah secara berkala.
4. Guru:
Wewenang dan tanggung jawabnya, antara lain:
a.
Mengetahui tugas pokoknya sendiri yaitu
memberikan pelajaran sesuai dengan bidang studi.
b.
Mengevaluasi hasil pekerjaannya.
c.
Mewakili kepala sekolah dan orang tua siswa
di kelas.
d.
Mengetahui tugas-tugas yang diberikan kepada
siswa dan memeriksa hasil tugas itu untuk dinilai.
e.
Memperhatikan kelakuan dan kerajinan siswa
sebagai bahan laporan kepada kepala sekolah, wali kelas.
f.
Memecahkan masalah-masalah pelajaran yang
dihadapi siswa untuk memberikan bimbingan pelajaran kepada siswa yang cerdas,
siswa yang kurang cerdas, dan siswa yang membandel.
g.
Memperhatikan hasil ulangan EBTA, EBTANAS,
dan mengisi daftar nilai siswa.
h.
Melaporkan kepada kepala sekolah tentang
hasil kerjanya.
5. Siswa:
Wewenang dan tanggung jawabnya, antara lain:
a.
Menuntut ilmu sebaik-baiknya.
b.
Mempertanggung jawabkan hasil pembelajarannya.
c.
Mematuhi peraturan yang sudah di tetapkan
oleh pihak sekolah.
E. Pentingnya
Organisasi Sekolah
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur
atau susunan yakni dalam penyusunan/ penempatan orang-orang dalam suatu
kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang
dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan
struktur, hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu
pola kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama.
Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan sesudah semestinya mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Kita mengetahui unsur personal di dalam lingkungan sekolah adalah, kepala sekolah, guru, karyawan, dan murid. Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ada di bawah instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di negara kita, kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia didudukkan pada tempat paling atas.
Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai tata usaha).
Organisasi sekolah yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan sesudah semestinya mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Kita mengetahui unsur personal di dalam lingkungan sekolah adalah, kepala sekolah, guru, karyawan, dan murid. Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ada di bawah instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di negara kita, kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah ia didudukkan pada tempat paling atas.
Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa dikenal sebagai pengawai tata usaha).
Demikian juga terlihat apakah di suatu sekolah dibentuk
satuan tugas (unit kerja) tertentu seperti bagian UKS (Usaha Kesehatan
Sekolah), bagian perpustakaan, bagian kepramukaan, dan lain-lain sehingga
keadaan ini tentunya akan memperlancar jalannya "roda" pendidikan di
sekolah tersebut.
Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan kekuasaan yang berlebihan (otoriter). Suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab. Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan murid sendiri yang bergerak dengan wadah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena itu di dalam memikirkan pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS tidak boleh dilupakan.
Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan kekuasaan yang berlebihan (otoriter). Suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab. Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan melalui kegairahan murid sendiri yang bergerak dengan wadah OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena itu di dalam memikirkan pembentukan organisasi sekolah, maka fungsi dan peranan OSIS tidak boleh dilupakan.
G. Faktor-faktor
Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Menyusun Organisasi Sekolah
1. Tingkat
Sekolah: Berdasarkan tingkatnya sekolah yang ada di Indonesia dapat dibedakan
atas:
a.
Sekolah Dasar (SD)
b.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
c.
Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
d.
Perguruan Tinggi
Keadaan fisik dan perkembangan jiwa anak jelas berbeda
antara anak tingkat yang satu dengan tingka berikutnya. Contohnya : di sekolah
dasar biasanya tidak ada seksi bimbingan penyuluhan (Guidance and Conseling) sebab masalah ini merupakan tugas
rangkapan dari kepala sekolah, dan hingga saat ini yang memegang adalah
pemerintah dan Departemen P dan K tidak atau belum mengangkat seorang pembimbing
khusus bagi sekolah dasar.
Lain halnya dengan sekolah lanjutan, biasanya tersedia
satu orang tenaga konselor atau pembimbing dengan tugas pokoknya sebagai
pembimbing. Karena itu biasanya di sekolah lanjutan dalan struktur
organisasinya kita dapati seksi GC (Guidance
and Conseling/ seksi bimbingan penyuluhan). Masih banyak bidang-bidang lain
yang ditangani secara khusus pada sekolah lanjutan tetapi tidak demikian pada
sekolah dasar, misalnya masalah Organisasi Intara Sekolah (OSIS), penggarapan
majalah dinding, pengelolaan perpustakaan sekolah, dan bagian pengajaran yang
menangani kelancaran dan pengembangan kurikulum/program pendidikan dan
pengajaran.
Pada perguruan tinggi yang kita jumpai banyak bidang
tugas yang ditangani secara khusus lebih banyak daripada tugas-tugas dari
sekolah lanjutan. Ciri khas perguruan tinggi di Indonesia yang mengemban tugas
Tri Dharma perguruan tinggi yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat memungkinkan perguruan tinggi berkembang secara otonom, sehingga
semakin bervariasi susunan organisasinya.
2. Jenis Sekolah
Berdasarkan jenis sekolah, kita membedakan ada sekolah umum
dan sekolah kejuruan. Sekolah umum adalah sekolah-sekolah yang program
pendidikannya bersifat umum dan bertujuan utam untuk melajutkan studi ketingkat
yang lebih tinggi lagi. Sedangkan yang dimaksud sekolah kejuruan adalah
sekolah-sekolah yang pendidikannya mengarah kepada pemberian bekal kecakapan
atau keterampilan khusus setelah selesai studinya, anak didik dapat langsung
memasuki dunia kerja dalam masyrakat.
Dengan melihat perbedaan program pendidikan (kurikulum
dan tujuan) yang hendak dicapai maka struktur organisasi sekolah yang berlainan
jenis tersebut pasti berlainan pula. Perbedaan organisasi ini mungkin dapat
digambarkan antara lain sebagai berikut :
a. Pada
sekolah kejuruan terdapat petugas (koordinator) praktikum, sedangkan pada
sekolah umum tidak.
b. Pada
sekolah kejuruan terdapat petugas bagian ketenaga kerjaan penempatan alumni,
sedangkan pada sekolah umum tidak.
3. Besar Kecilnya Sekolah
Sekolah yang besar tentulah memiliki jumlah mirid, jumlah
kelas, jumlah tenaga guru, dan karyawan serta fasilitas yang memadai. Sekolah
yang kecil adalah sekolah yang cukup memenuhi syarat minimal dari ketentuan
yang berlaku.
Tipe sekolah secara implisit menunjukkan besar kecilnya
sekolah yang bersangkutan. Dengan begitu akan mempengaruhi penyusunan struktur
organisasi sekolah karena makin besar jumlah murid tentu saja semakin beraneka
ragam kegiatan yang dapat dilakukan baik yang bersifat kurikuler maupun
kegiatan-kegiatan penunjang pendidikan.
4. Letak
dan Lingkungan Sekolah
Letak sebuah sekolah dasar yang ada di daerah pedesaan
aan mempengaruhi kegiatan sekolah tersebut, berbeda dengan sekolah dasar yang
ada di kota, demikian pula sekolah lanjutan pertama yang kini mulai didirikan
hampir di setiap daerah kecamatan, kegiatan dan programnya tentulah berbeda dengan
sekolah-sekolah lanjutan di kota apalagi di kota besar. Ada kecenderungan yang
nyata, bahwa sekolah-sekolah di pedesaan lebih berintegrasi dengan masyarakat
sekitarnya. Hal ini berakibat pula ada hubungan yang lebih akrab diantara orang
tua murid dengan sekolah.
Dari segi keadaan lingkungan atau masyarakat sekitar
sekolah mungkin ada dalam lingkungan masyarakat petani, masyrakat nelayan,
masyarakat buruh, masyarakat pegawai negeri, dan lain-lain. Perhatikan kelompok
masyarakat yang berbeda ini terhadap dunia pendidikan bagi anak-anak mereka di
sekolah pasti menunjukkan berbagai variasi perbedaan. Oleh karenanya dalam
penyusunan struktur organisasi sekolah, hal-hal tersebut perlu diperhatikan.
H. Contoh
Susunan Organisasi Sekolah
Menurut Swastikalia (2012:22) Peranan dari masing-masing
struktur organisasi sekolah, yaitu:
1.
Kepala Sekolah, berperan dalam dan bertugas
sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan
motivator (EMASLIM).
Dalam penerapannya kepala sekolah bertugas memimpin dan mengkoordinasikan semua pelaksanaan rencana kerja harian, mingguan, bulanan catur wulan dan tahunan. Mengadakan hubungan dan kerjasama dengan pejabat-pejabat resmi setempat dalam usaha pembinaan sekolah.
Dalam penerapannya kepala sekolah bertugas memimpin dan mengkoordinasikan semua pelaksanaan rencana kerja harian, mingguan, bulanan catur wulan dan tahunan. Mengadakan hubungan dan kerjasama dengan pejabat-pejabat resmi setempat dalam usaha pembinaan sekolah.
2.
Menurut Suara Komunitas (2010:1) Komite
Sekolah adalah “masyarakat sekolah yang peduli pendidikan yang berinteraksi
satu sama lain”. Komite sekolah berperan dalam membina dan
menghimpun potensi warga sekolah dalam rangka mendukung penyelenggaraan sekolah
yang berkualitas.
3.
Bendahara Sekolah, berperan dalam mengatur
sirkulasi keuangan sekolah, merumuskan anggaran yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan sekolah dalam setiap tahun periode.
4.
Kepala Tata Usaha, berperan dalam menyusun
program tata usaha sekolah, mengurus administrasi ketenagaan dan siswa, membina
dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah, menyusun administrasi
perlengkapan sekolah, menyusun dan penyajian data/statistik sekolah, membuat
laporan kegiatan tata usaha.
5.
Guru, berperan dalam mendidik, membimbing dan
mengarahkan siswa dan siswi melalui proses belajar mengajar di sekolah serta
berperan dalam pembentukan kepribadian, mental setiap siswa dan siswi.
6.
Penjaga Sekolah, berperan dalam mengurus,
menjaga, mengawasi sarana dan prasana yang ada di Sekolah.
7.
Siswa, berperan dalam menjaga nama baik
sekolah, menjaga kondusifnya lingkungan sekolah.
8.
Masyarakat Sekitar, berperan dalam menyuplai
calon sumber daya manusia yang akan dididik di Sekolah, Membantu membantu
menjaga agar sekolah kondusif dijadikan sebagai tempat menuntut ilmu, ikut
membantu merumuskan potensi didaerah sekitar tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Organisasi sekolah adalah sistem yang bergerak dan
berperan dalam merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar
mampu berinteraksi dengan guru, siswa, masyarakat sekitar. Organisasi tempat belajar
bagaimana cara menyikapi diri kita ketika berhadapan dengan suatu masalah
sehingga kita bisa menyelesaikannya. Organisasi menjadi proses pendewasaan agar
kita dapat menyikapi masalah kita dengan baik dan kita juga mampu berinteraksi
sebagai mana peran kita didalam suatu organisasi dan lingkungan masyarakat.
Begitu pula dengan struktur organisasi sekolah. Struktur organisasi sekolah
adalah struktur yang mendasari keputusan para Pembina atau Pendiri sekolah
untuk mengawali suatu proses perencanaan sekolah yang strategis. Struktur
oganisasi juga tidak lepas dengan wewenang dan tanggung jawab. Wewenang yaitu
hak untuk memerintah orang lain untuk melalukan atau tidak melakukan sesuatu
agar tujuan dapat tercapai. Tanggung jawab yaitu permintaan pertanggung jawaban
atas pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Pertanggung
jawaban sendiri memiliki arti sebagai penjumlahan kegiatan yang telah dilakukan
karena pendiskripsian wewenang. Selain itu ada juga pendekatan-pendekatannya, yaitu
peningkatan mutu pendidikan dan perencanaan pembangunan dengan demikian organisasi
sekolah dapat mencapai tujuannya.
Usaha pengorganisasian sekolah adalah usaha untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dan diharapkan bermuara pada
produktivitas kerja yang terarah pada tujuan institusional masing-masing.
Sekolah sebagai organisasi kerja yang didalamnya bekerjasama sejumlah personal
dan sangat tergantung pada manuasia yang menjadi penggeraknya. Untuk itu
pengorganisasian sebuah sekolah harus difokuskan pada usaha mengarahkan semua
kemampuan sumber daya manusia yang dimiliki sekolah untuk membantu perkembangan
potensi yang dimiliki anak-anak secara maksimal, agar berguna bagi dirinya sendiri,
masyarakatnya dan negeri ini.
B.
Saran
1. Kelompok
I, diharapkan agar menjadi referensi teoritis dan menjadi pengalaman yang
berharga.
2. Mahasiswa,
Ikut dan terlibat dalam kegiatan organisasi internal dan eksternal kampus. Organisasi sebagai
penuntun jalan demi pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan akan lebih efektif
dengan adanya organisasi yang baik.
3. Dosen, menjelaskan kepada mahasiswa
arti penting dari organisasi sebagai salah satu metode untuk menumbuhkan
karakter dan jiwa pemimpin.
4. Sekolah,
diharapkan agar terjadi pembagian kerja sebagai kegiatan pengendalian sehingga
memungkinkan terjalinnya kerjasama antara kepala sekolah, kepala tata usaha,
bendahara sekolah, guru, penjaga sekolah, siswa, masyarakat, dan komite
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. SMU Negeri 14 Jakarta.
(Online) tersedia. http://smanegeri14jakarta.tripod.com/str_org.html
Aditya Media.Nawawi, Hadari. 1989. Organisasi
Kelas sebagai Lembaga Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung. (Online) tersedia. 25 April 2011.
http://ermapoenya.blogspot.com/2010/07/manajemen-lembaga-dan-organisasi.html
Marlina. 2010. Struktur
Organisasi. (Online) tersedia. 25
April 2011. http://marlinafis.blogspot.com/2010/04/sistem-dan-struktur-organisasi-sekolah.html
Pmancoffeemix. 2010. Kurikulum Organisasi Sekolah. (Online) tersedia. 25 April 2011.
http://pmancoffeemix.wordpress.com/2010/12/18/kurikulum-tentang-organisasi-sekolah/
Direktorat Tenaga Kependidikan.
2008. Pendidikan dan Pelatihan Pengorganisasian Sekolah. (Online) tersedia. 25 April 2011. www.google.com/pengorganisasian sekolah 1
Komunitas,
Suara. 2010. Organisasi Sekolah. (Online).
Diakses di Warkop 115 pada tanggal 2 Oktober 2012. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/04/organisasi-sekolah/
Langganan:
Postingan (Atom)