Sabtu, 06 Oktober 2012

2. Contoh Studi Kasus di SD


STUDI KASUS

Nama                           : Agustam
Nama Panggilan          : Agus
TTL                             : Makassar, 22 Mei 2001
Kelas                           : V A
Alamat Rumah            : Jalan Sultan Abdullah 3/4 Nomor 110 Tallo Kota Makassar
Nama Sekolah             : SD Inpres Tallo Tua I Kecamatan Tallo Kota Makassar
Alamat Sekolah           : Jalan Sultan Abdullah Makassar
Nama Guru                 : Isman, S. Pd
Kepala Sekolah           : Saiye Ali, S. Pd
Diagnosa Awal           : Pemurung, Pemalu
Identitas Orang Tua
ü  Ayah                            : Yakub Aswan (Daeng Yakub)
            TTL                             : Makassar, 23 Mei 1982
            Riwayat Pendidikan   : SMK
            Pekerjaan                     : Wiraswasta

ü  Ibu                               : Sulijah (Daeng Liang)
TTL                             : Makassar, 20 Januari 1983
Riwayat Pendidikan    : SMA
Pekerjaan                     : Wiraswasta

           

            Agustam lahir pada tanggal 22 Mei 2001, dan biasa dipanggil dengan nama panggilan Agus. Agus sekarang duduk dikelas V A di SD Inpres Tallo Tua Kecamatan Tallo Kota Makassar. Di lingkungan keluarganya, Ayah dan Ibu Agus banyak menghabiskan waktunya di tempat  kerjanya (Pasar Tinumbu) dan saking sibuknya sehingga kurang memperhatikan anaknya. Dimana aktivitas orang tua Agus menghabiskan sekitar 12 Jam sehari semalam sehingga berimbas pada pola asuh anaknya. Dimana didalam kesehariannya,  Agus pada saat selesai sekolah langsung pulang kerumahnya dan tidak terbiasa keluar bermain dengan teman-teman sebayanya karena dilarang orang tuanya. Hal tersebut berefek pada perilaku pemurung dan pemalu yang tertanam didalam kepribadian Agus. Dapat dikatakan bahwa orang tua Agus kurang memperhatikan Agus baik dalam perkembangan fisik dan perkembangan mental Agus. Agus didianogsa oleh peneliti mengalami kurang kasih sayang. Agus pada proses pembelajaran dikelas cenderung mengalami keterlambatan dalam memahami mata pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Hal tersebut dipengaruhi oleh kepribadian Agus yang pemurung dan pemalu, sehingga apapun yang diajarkan oleh gurunya hanya dikerjakan sendiri di tempat duduknya tanpa pernah bertanya sekali pun kepada teman sejawatnya ataupun gurunya. Hasil belajar Agus pun sangat rendah dibandingkan dengan teman-teman kelasnya. Peneliti berkesimpulan bahwa jika hasil belajar Agus rendah maka hal yang akan terjadi kedepan, Agus akan tinggal kelas.  Jika tinggal kelas, maka Agus akan tetap pemurung dan pemalu maka dapat dipastikan akan membuat kekurangan Agus semakin akut. Akut dalam artian akan membuat Agus putus sekolah karena malu tinggal kelas. Peneliti melakukan diskusi dengan guru, dari hasil disikusi disimpulkan bahwa perlu penanganan lanjut dari guru agar tidak menimbulkan efek domino. Langkah yang harus dilakukan oleh guru adalah melakukan pendekatan emosional kepada Agus. Pendekatan emosional ini sangat bermamfaat, dimana Agus akan terpenuhi perasaan untuk disayangi. Terpenuhinya perasaan ingin disayangi Agus akan berefek pada beraninya Agus untuk belajar bersosialisasi, hasil sosialiasi dengan teman sejawatnya akan membuat Agus tidak pemurung lagi karena agus sudah mendapat teman dan melalui temannya maka Agus akan dapat tersenyum kembali. Dalam artian bahwa Agus akan memiliki arti penting dalam menjalani aktivitas sekolahnya. Kasih sayang memang sangat diperlukan oleh anak yang berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan guru adalah berdikusi dengan orang tua Agus. Guru berdiskusi dengan orang tua Agus untuk membahas solusi perilaku pemurung dan pemalu Agus. Solusi yang akan ditawarkan guru kepada orang tua Agus adalah meluangkan waktu untuk memperhatikan dan berinteraksi dengan Agus serta memberikan Agus kasih sayang. Didalam interaksi antara orang tua Agus dengan Agus, disisipkan pembelajaran mengenai arti penting kehidupan dan pentingnya berinteraksi dengan teman sejawat dan guru Agus. Pembiasan kepada Agus agar senantiasa berinteraksi akan mengikis sedikit demi sedikit sifat pemurung dan pemalu serta akan menanamkan kepercayaan diri kepada agus untuk berani mencari teman, berani bertanya, dan lain-lain.
            Peneliti berkesimpulan bahwa ada hubungan antara sifat pemurung dan pemalu dengan rendahnya hasil belajar murid. Hal tersebut diakibatkan tidak berjalannya komunikasi dua arah dalam proses pembelajaran, dimana didalam proses pembelajaran diwajibkan terjalin komunikasi antara murid dengan murid, serta terjalin komunikasi antara murid dengan guru (sumber belajar). Dimana sifat pemurung dan pemalu diakibatkan oleh pola asuh yang diterapkan oleh orang tua murid. Dimana orang tua terkadang karena kesibukan maka kurang mendidik, mengasuh, memberikan kasih sayang kepada anaknya. Sehingga anak pun tumbuh dengan sikap individualnya, yang peneliti dapatkan pada penelitian ini adalah sifat pemurung dan pemalu. Saran peneliti kepada guru, guru harus mengembangkan sikap dan menjalankan fungsi profesionalismenya. Kepala sekolah disarankan untuk senantiasa melaksanakan pertemuan dengan komite sekolah membahas perkembangan murid disekolahnya. Orang tua murid, disarankan agar memperhatikan perkembangan fisik dan perkembangan mental anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar